Pertama aku mengenalnya, ketika banyak orang yang membicarakannya. Tentang kelincahannya, tentang kekocakan, keceriaan dan tubuhnya yang kecil untuk seorang laki-laki. Dalam hal tanggung jawab, dia seorang yang survive dan amanah. Untuk itulah aku menerima ‘SABAR’ sebagai staffku di departemen yang kupimpin.
Memang dalam sebuah kepanitiaan, dia memang seorang dengan criteria gigih dan perlu banyak belajar untuk dapat membuat konsep dan belajar leadership.
Di departemen inilah aku mencoba untuk menciptakan kekeluargan, pembelajaran, eksplorasi potensi dan makna besar dari pengorbanan serta keikhlasan.
Suatu hari, SABAR mengirimkan pesan singkat padaku.
“mbak, bantu aku. Mbak sebagai orang yang aku anggap kuat dan tangguh. Maafkan aku sebagai staffmu yang tak dapat berkontribusi untuk departemen kita ketika kita ada acara sabtu-minggu. Maaf mbak, sebenernya aku juga gak crita ke orang tua ku. Karena dengan aku pulang tiap akhir bulan, aku bisa menghemat 20 ribu dibanding aku tetap di semarang. Ekonomiku lagi terpuruk mbak,,tak ada yang aku lakukan selain menghemat”
Dengan perasaan iba dan merasa sayang padanya sebagai adik, aku pun mengatakan padanya :
“owh, tidak kok. Sejauh ini kamu sangat berkontribusi. Cerita aja yawh, apa yang bisa ku bantu.:)
Nanti kalo ada link kerja dan kesempatan mendapatkan uang untuk bantu orang tuamu. Dengan sepenuh hati aku bantu. Terus berdoa yawh dhek, anak yang berbakti seperti kamu insya4wl selalu dimudahkan 4wl’’
Diapun membalas pesanku diakhir malam itu :
‘iya, tolong banget yawh mbak. Mbak klan punya kenalan banyak. Mbak saja yang aku ceritakan permasalahanku ini. Tolong yawh mbak.’
Bayangan tentang dirinya seluruhnya muncul dibenakku. Dalam berkoordinasi kepanitiaan dalam, departemen, aku selalu susah menghubunginya. Aku pun bertanya pada nya ketika kami akhirnya bertemu dia setelah kekhawatiranku pada semua sms ku yang ternyata pending kepada nya,
“dhek, sms ku gak nyampe yawh? Sore ni ada rapat lowh”
“masak mbak, belum masuk ni. Hapeku sering error ko mbak,,,ni lagi gak ada sinyal”
sambil dia tunjukkan handphone nokia tipe monotone dengan layar hitam putihnya yang menunjukkan tidak ada sinyal di hapenya.
Dengan senyum yang sangat mengerti kondisinya, ‘owh, yaudah. Ntar dateng rapat yaks’
Dengan penuh semangat dan senyum di bibirnya dia berkata, ‘iya mbak’.
Kemudian dia pun melanjutkan perjalanan menyelesaikan laporan dengan motor barunya. Motor yang diberikan khusus buat dirinya. Supra fit 110cc warna merah dan putih.
Satu bulan kemudian,,,
Ada 4 kali missed call di hapeku atas nama ‘SABAR”
Dalam batinku, aku berkata, ‘tumben sekali SABAR miskol aku’
Handphoneku bordering kembali,
“assalamualaikum, iya SABAR,,ada apa?”
Dengan suara parau, “mbak, motorku ilang mbak”
Astaghfirullah……..hampir tak percaya, aku menangis
(bersambung…..2)
Selasa, 23 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar